Kisah Mahasiswa 2 : Tuhan, Apakah Perjalananku Harus Sepanjang Ini?
Daftar Isi
I can’t believe
with my eyes, di Kota yang
berpenduduk padat dengan luas Kota yang tidak terlalu besar membuat saya merasa
jenuh dengan aktivitas sehari-hari yang ada. Bagaimana tidak? Kota kecil paling
pojok di Provinsi Banten, memiliki jumlah penduduk yang cukup dibilang banyak
dan membuat Kota ini terasa sesak, ditambah dengan kondisi jalan rame, macet,
dan sumpek.
Kota ini memang kecil tapi memiliki taraf hidup yang
lumayan, itulah yang menjadi alasan para pendatang untuk mengadu nasib di Kota
Industri ini. Saya bukanlah pendatang, karena saya sejak kecil sudah dibesarkan
di Kota ini, dan telah melihat bagaimana perkembangan Kota ini. Perkembangannya
sangat begitu drastis, saya masih ingat ketika jalanan masih sepi, rumah-rumah
yang berdiri masih sedikit, serta banyaknya kawasan hijau. Namun, sekarang
semuanya begitu berubah. Kawasan hijau ditebas untuk perumahan, sawah yang
sekarang tertutup oleh mall, jalanan
macet, hawa yang panas, dan lain sebagainya.
Jika ditanya sedih atau tidak, kecewa atau tidak?
maka kalian pasti mengerti bagaimana jawabannya.
Sudah lebih dari 15 Tahun saya menetap di Kota ini,
melewati segala suka dan duka baik bersama keluarga dan juga para sahabat.
Memang Kota ini sangat dirindukan ketika dulu harus menempuh masa studi kuliah
di Kota Semarang, tapi sekarang semuanya nyaris berubah. Perasaan ingin pergi
dari Kota ini sempat terlintas di benak, tapi apa daya mengingat keluarga yang
mulai terasa sunyi setelah kepergian ibunda tercinta, dan seorang kakak yang
telah memiliki pendamping.
Jika saya pergi untuk merantau, maka akan menyisakan
2 orang yang paling saya cintai lebih dari apapun. Apakah harus ku urungkan
niatku?
Meski telah mendapat restu dari Ayahanda, tapi tetap
saja, perasaan sebagai seorang anak tidak dapat dibohongi. Saya hanya terlalu takut
jika hal kemarin terjadi kembali, Ibunda yang pergi untuk selamanya ketika
posisiku sedang berada di Kota Orang untuk menempuh masa studi. Rasanya amat
sakit, sangat sakit, ketika harus ditinggalkan seorang Ibu yang telah
mengandung selama 9 bulan, harus pergi tanpa pesan yang disampaikan kepada
anaknya. kepergian beliau yang sangat mendadak, membuatku berpikir 2 kali untuk
meninggalkan rumah ini. Trauma akan apa yang terjadi di masa lalu.
Lalu apa yang akan terjadi di hidupku nantinya?
Tujuan untuk pergi ke Kota orang adalah tak lain
untuk mengadu nasib, sudah hampir 7 bulan setelah kelulusanku masih belum
mendapatkan penghasilan tetap, kalah saing masih terjadi di Kota ini yang
notabenenya merupakan Kota Industri, kini penghasilan yang didapat hanyalah
dari ajang lomba yang diikuti, serta kegiatan les privat yang diberikan.
Penghasilan memang tak seberapa tapi tetap harus disyukuri.
Walaupun demikian, sebagai seorang manusia yang tak
luput dari dosa, ingin sekali rasanya segera mendapatkan sebuah pekerjaan yang
berpenghasilan. Saya sadar bahwa sumber penghasilan bukan hanya dari bekerja di
sebuah perusahaan saja, melainkan ada banyak cara. Namun apa boleh buat, mindset atau paradigma yang telah
dibangun oleh orang tua saya adalah untuk mencari penghasilan di sebuah
perusahaan. Ingin sekali sebenarnya berwirausaha, tapi.... yah kalian pasti
tahu bagaimana susahnya berwirausaha.
Ingin sekali menjadikan blog ini sebagai ladang
uang, tapi blog ini masih dalam kondisi merangkak. Belum siap untuk hal yang
begitu. Hanya lomba blog yang bisa diikuti yang mungkin bisa menghasilkan,
itupun jika menang. Tapi tak apa, untuk hasil bisa dipikirkan nanti. Yang
terpenting adalah berusaha terlebih dahulu. Toh
“Nothing to loose” enggak ada ruginya sama sekali. Alhamdulillah sudah 2
kompetisi yang dijuarai.
Angan-angan zaman dahulu ketika masih dalam proses
mengenyam pendidikan, ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan.
Angan-angan itu seperti layaknya kisah dongeng yang belum tentu kebenarannya.
Mencari sebuah penghasilan memanglah tidak semudah seperti apa yang
dibayangkan, apalagi ditambah kondisi batin yang semakin mendalam ketika hari
berganti hari, dan bulan berganti bulan, dan semoga tidak sampai tahun berganti
tahun. Mungkin ini semua salahku, karena tidak terlalu memberikan pengaruh di
sekolah dulu. Ah sudahlah menyesal di kemudian hari memang sudah menjadi topik
banyak orang. Tohh menyesal juga
tidak akan mengubah apa-apa. Hanya doa dan usaha yang paling kuandalkan saat
ini, saya sadar bahwa perjalanan ini masih sangat panjang, sekalipun sudah
mendapat penghasilan nanti, tetap saja masalah akan muncul, dan hidup harus
tetap dijalani hingga akhir hayat nanti.
Posting Komentar