Apapun yang Berhubungan Dengan AEC 2016
Daftar Isi
Sebelumnya mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena kita telah diberikan nikmat sehat, nikmat hidup, dan nikmat
rezeki sehingga kita dapat bertemu dengan awal Tahun 2016. Semoga di Tahun 2016
ini, apa yang telah kita resolusikan dapat berjalan lancar dan bermanfaat bagi
orang lain, khususnya bagi diri kita sendiri. Amin
jika kita bicara mengenai awal tahun 2016, maka
wowcang teringat akan suatu hal yang pernah disampaikan oleh lembaga pemerintah
di pertengahan akhir Tahun 2015. Mungkin di antara kalian pasti sudah tahu apa
yang akan dibahas kali ini dalam artikel ini.
Iya, anda benar! itu adalah AEC 2016 atau lebih
dikenal sebagai ASEAN Economic Community.
Informasi media baik yang bersumber dari pemerintah
atau non pemerintah, akhir-akhir ini telah menggencarkan pemberitahuan mengenai
AEC kepada seluruh masyarakat Indonesia. Namun, sayangnya hanya segelintir
golongan saja yang mengetahui apa dan bagaimana AEC itu.
Masih banyak masyarakat diluar sana yang masih minim
informasi mengenai apa itu AEC yang sudah mulai diberlakukan sejak awal Tahun
2016. Mungkin diantara kalian yang membaca artikel ini, ada yang pernah
mendengar AEC namun belum mengerti apa maksudnya.
Sebelum menginjak ke pembahasan mengenai AEC secara
dalam, maka wowcang akan menjelaskan
sedikit mengenai sejarah singkat AEC
atau ASEAN Economic Community. Ide AEC telah muncul sejak
bertahun-tahun lamanya yaitu pada Tahun 1997 atau 1 tahun sebelum Dunia
menghadapi krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 yang membuat ekonomi
dunia turun naik.
AEC atau ASEAN
Economic Community atau di Indonesia lebih dikenal sebagai MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) merupakan Cetak Biru (Blue
Print) yang telah disepakati oleh Negara Anggota ASEAN dalam Bali Conrod II
pada Tahun 2003.
AEC sebenarnya akan direalisasikan pada Tahun 2020,
namun dipercepat 5 Tahun menjadi 2015, dan akan mulai berlaku secara sepenuhnya
di awal Tahun 2016.
Lalu apa yang
akan terjadi saat AEC berlaku?
Pada saat AEC berlaku, maka alur perdagangan, modal,
dan SDM (Sumber Daya Manusia) akan lebih mudah beredar dikawasan ASEAN. Hal ini
berarti kalian akan lebih mudah jika ingin bekerja di Negara Anggota ASEAN, dan
ini juga berlaku bagi warga negara ASEAN yang ingin bekerja atau berdagang di
Indonesia.
Dengan begini, pembatasan aturan yang sering membuat
para investor berpikir dua kali untuk berinvestasi atau persyaratan yang sering
membuat ragu bagi para tenaga terampil untuk mencari kerja di luar negeri akan
dikurangi. Namun, ini hanya terjadi dilingkup negara ASEAN.
Sebenarnya
tujuan dibentuknya AEC itu apa?
Dibentuknya AEC memiliki tujuan tersendiri yaitu
untuk mewujudkan ekonomi yang lebih terintegrasi kedepannya, sehingga nantinya
Negara-negara ASEAN diharapkan dapat menjadi penyedia produk bagi negara di
seluruh Dunia, bukan hanya sebagai pasar bagi produk-produk dari negara-negara
Eropa, Asia, atau Amerika.
Yah lebih singkatnya ingin mampu bersaing dengan
produk-produk yang beredar. Seperti produk China, Eropa, atau Amerika.
Diharapkan dengan berlakunya AEC, Tiap Negara ASEAN
mampu bekerja sama mengintegrasi bidang produksi sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan mengembangkan produk yang bernilai tinggi.
Lalu Siapakah
Indonesia di AEC?
Tentu saja Indonesia sebagai Anggota ASEAN
diharuskan turut andil dalam meramaikan AEC. Harapan Indonesia sendiri tentu
ingin menjadi sebagai negara yang paling menonjol dalam ajang AEC.
Dalam persiapannya, Indonesia telah melakukan banyak
persiapan dalam mengimbangi arus investasi, modal, produk, dan tenaga kerja
yang masuk dengan lebih aktif dalam melakukan ekspor. Saat ini, Indonesia telah
ada 9 cabang industri manufaktur yang dikembangkan untuk menghadapi pasar
ASEAN, yakni industri berbasis agro atau bahan alam (Minyak Sawit, Kakao,
karet, dll), olahan ikan, produk tekstil, makanan dan minuman, pupuk dan produk
petrokimia, industri logam, barang kulit, furniture, dan industri mesin.
Diharapkan melalui industri ini, Indonesia mampu menjadi pemimpin pasar pada
saat AEC telah berlaku.
Meskipun begitu, masih ada satu faktor krusial atau
penting yang harus menjadi perhatian Indonesia jika ingin sukses di AEC.
Karena, tidak mungkin bisa bagi Indonesia untuk menjadi market leader di AEC jika hanya mengandalkan industri-industri
diatas.
Faktor krusial yang harus diperhatikan dan perlu
ditingkatkan adalah produktivitas Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM). Terutama SDM Indonesia yang masih tertinggal bila dibandingkan
dengan SDM di beberapa Negara ASEAN lainnya.
Berdasarkan data dari APO (Asian Producivity Organization) pada tahun 2012 menyatakan bahwa
setiap 1000 tenaga kerja Indonesia, hanya ada sekitar 4,3% tenaga kerja yang
terampil. Jumlah ini tentu masih kalah bila dibandingkan dengan Singapura
(34,7%), Malaysia (32,6%), dan Filipina 8,3%. Sedangkan dalam indeks daya saing
global mengenai produktivitas SDA dan SDM Indonesia berada di urutan ke-5 di
ASEAN menurut laporan yang dikeluarkan oleh World
Economic Forum.
Sedangkan ASEAN sendiri telah merilis hasil
penelitian mengenai kesiapan Negara-negara ASEAN dalam menghadapi AEC.
Hasilnya, kesiapan Indonesia mencapai 81,3 %. Angka yang cukup memuaskan, namun
masih berada dibawah negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Laos,
Singapura, dan Kamboja. Meskipun persiapan pada Negara Anggota ASEAN belum
maksimal, tetap semua jadwal yang telah ditetapkan harus terlaksana sebagaimana
mestinya.
Sekarang yang menjadi tantangan bagi Indonesia
adalah bagaimana cara dengan waktu dan persiapan yang ada, Indonesia dapat
menyongsong AEC secara Optimal.
Menurut Hendri Saparini (Direktur Center of Reforms
on Economic, CORE) dalam presentasinya di Jakarta, beliau menuturkan ada 4 hal
yang harus segera diantisipasi oleh Indonesia.
1. Pelaksanaan
AEC berpotensi menjadikan Indonesia sebagai pemasok bahan baku dan energi.
2. AEC akan
menambah defisit neraca perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan
barang.
3. AEC akan
membebaskan aliran TKA yang masuk ke Indonesia yang mungkin berdampak pada
naiknya jumlah TKA yang kualitasnya lebih baik dari kualitas TKI.
4. AEC akan
mendorong masuknya investasi ke Indonesia khususnya dari dalam ASEAN.
Bagi wowcang, tetap. Hal yang perlu diperhatikan
oleh Indonesia adalah kualitas SDM Indonesia. Indonesia membutuhkan kualitas
SDM yang mumpuni jika ingin sukses dalam AEC. Hal ini hanya bisa dipenuhi
melalui jalur pendidikan dan pelatihan.
Bukan rahasia lagi, jika Indonesia memiliki
kekurangan dalam segi pendidikan. Kurangnya pemerataan pendidikan ke
daerah-daerah pelosok menjadi tantangan bagi Indonesia untuk segera
dituntaskan.
Lalu apa yang
harus dilakukan oleh Mahasiswa khususnya Mahasiswa Indonesia dalam menghadapi
AEC?
Sebagai calon pelaku ekonomi, Mahasiswa harus dapat
memberikan peran yang cukup dalam menghadapi AEC. Ada 2 hal yang bisa dijadikan
sebagai fokus utama bagi mahasiswa. Yaitu :
1. Mahasiswa harus mempersiapkan segala sesuatunya
dalam menghadapi AEC, dengan ikut berbagai pelatihan, pengalaman, serta peningkatan
ilmu yang dimilikinya terutama penguasaan bahasa internasional dengan baik.
2. Mahasiswa harus bisa menggalakkan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai AEC, terutama dalam arus perdagangan bebas untuk
sektor barang, jasa, tenaga kerja, dan modal.
Ajang AEC harus bisa dijadikan sebagai kesempatan
bukan ancaman. Karena sejatinya bila ditinjau AEC merupakan sebuah gagasan yang
mampu mendorong negara berkembang menjadi lebih kedepan. Dengan begini apa yang
diharapkan oleh Negara ASEAN dapat segera terwujud.
Seperti halnya visi AEC 2020 yang ditetapkan bahwa
negara anggota harus memegang prinsip pasar terbuka, berorientasi keluar, dan
ekonomi yang digerakkan oleh pasar.
Sukses selalu Indonesiaku, Sukses selalu ASEAN-ku.
Semoga apa yang direncanakan dapat memberikan manfaat bagi seluruh dunia,
khususnya bagi Negara ASEAN.
Big Thanks to :
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
Oktatetaviano Yusufi Putra, 2015. “ASEAN Community, Siapakah Indonesia”.
Kompasiana.com
Citra Joni, 2015. “Peran Mahasiswa dalam AEC” Kompasiana.com
BEM Universitas Pelita Harapan. “ASEAN Community (AEC) : “Medan Tempur” Ekonomi Indonesia” bem.uph.edu
Posting Komentar