Andai Bumi Bisa Bicara

Bumi kita sudah semakin tua. Semakin lelah menopang segala beban yang dibebankan pada bumi sejak jutaan bahkan milyaran tahun. Selama hidupnya ia telah menjadi saksi bisu akan kelakukan penghuninya yang rasanya tak ada ujungnya.

Bumi ini semakin rapuh, rapuh tanahnya, rapuh iklimnya, dan rapuh penghuninya. Entah salah siapa? Bumi hanya bisa merenung lirih melihat kelakuan penghuninya yang dirasa semakin parah. Ia hanya mencoba sabar dan bertahan hingga masa dimana tanggung jawabnya terpenuhi.

Our Earth, Picture by Stokpic Pixabay.com
Andai bumi dapat berbicara mungkin ia akan melayangkan keluh kesahnya bahwa ia sudah tidak mampu lagi. Tapi apa daya, hidupnya yang sudah diatur oleh kekuasaanNya.

Tak banyak yang bisa ia lakukan selain bergerak sebagaimana mestinya dan memberi sedikit peringatan kepada penghuninya.

Penghuninya banyak, sangat banyak. Mereka terus lahir dan terus mati. Mereka nggak ada yang sempurna. Yang sifatnya baik banyak, tapi yang sifatnya buruk juga nggak sedikit. Sebagian dari mereka haus akan kekuasaan, tak sedikit pula yang saling membunuh untuk mendapatkannya. Mereka banyak yang dengki, menyebar kebencian merupakan hal yang paling disukai.

Saling perang, saling adu, saling tembak, saling bunuh masih bertebaran, bahkan terang-terangan. Polemiknya selalu saja klasik, kalau tidak agama, pasti ras. Kalau tidak ras, pasti kelompok. Tidak saling menerima perbedaan yang membuat semuanya seperti ini.

Bumi selalu sedih melihat kelakuan penghuninya yang demikian. Tapi bumi sadar dan tersenyum bahwa masih ada segelintir orang yang masih bisa jadi harapan, yang masih peduli, yang masih mau mengasihi, yang saling memaafkan, yang menebar kebaikan dan tidak mudah terhasut akan omongan yang belum tentu benarnya.

Walaupun jumlahnya sedikit, tapi bumi percaya bahwa mereka masih bisa jadi harapan untuk semuanya kembali seperti apa yang diharapkan. Walaupun waktunya entah kapan dan terjadi atau tidak.

Kini ia hanya bisa membayangkan betapa indahnya dunia, ketika manusia saling bantu, saling peduli, saling sabar tanpa memperdulikan perbedaan. Dimana hanya ada senyuman yang menghiasi, hanya ada jabatan tangan, rangkulan, bahkan pelukan arti dari keperdulian. Tidak ada tangisan, kelaparan, serta kehilangan kerabat tersayang akibat perang yang sia-sia.
Ahhhh,, sungguh imajinasi yang menyenangkan.

Sekarang bumi masih menangis melihat penghuninya yang semakin lupa akan tugasnya. Yang masih saja sibuk mencari kesenangan semata tanpa peduli, yang masih saja saling rebut dan mencemooh demi kekuasaan yang bersifat sementara.

Entah sampai kapan akan berakhir....
Sibayukun
Sibayukun Pria mochi yang suka bergalau, suka ngemil, suka ngedekem di kamar, suka ngegambar, suka melamun, dan kadang cheesy. Hahahah

Posting Komentar untuk "Andai Bumi Bisa Bicara"