Selamat Tinggal

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun.. ~Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah SWT, dan kepada Allah jualah kami kembali~

Kalimat yang sering kali diucapkan bagi kami umat muslim begitu mendengar kabar tentang musibah yang menimpa atau kepergian orang-orang di sekitar kami.

Kematian ialah jalan yang semua orang pasti akan lalui. Ketika jasad terbaring kaku dan ruh yang sudah tak bersemayam di tubuh ini lagi. Hanya doa serta amal baik yang nantinya akan menjadi saksi kita kelak.

13 Mei 2020.

Masih segar ingatanku bermain dengan beliau di saat Bapak pergi bekerja, dan Ibu sibuk memasak.

Perantauan dari tanah Jogja membawa keluarga kecilku berlabuh hingga ujung barat pulau Jawa. Dia yang kuanggap seperti ibu dan bapakku sendiri telah menjadi saksi pertumbuhanku hingga sekarang.

Bahkan kedekatan kami sudah melebihi segalanya.

Rasanya baru saja kemarin, telponan untuk menanyai kabar akibat social distancing membuat komunikasi kami hanya sebatas telponan dan video call. Terakhir ku lihat, beliau memanglah sudah renta. Namun, semangatnya masih saja membara di wajahnya.

Bersama dengan Pakde Wisnu, begitu ku panggil. Kami tertawa bercerita segalanya.

Waktu itu, Aku sedang sibuk dengan jadwal UAS take home yang cukup menyita waktuku. Ditambah jadwal kerjaku yang sedang shift malam, membuat waktu istirahatku tersita habis demi deadline dan masa depan yang entah apa yang terjadi.

Sekitar jam 8 malam, di malam yang sunyi setelah selesai melaksanakan sholat taraweh di rumah. Aku bergegas mandi untuk bersiap bekerja. Moodku sudah siap untuk menghadapi apapun yang terjadi di kerjaan nanti.

Namun, semua berubah ketika Bapak memberi kabar bahwa Pakde pergi untuk selamanya.


Aku terdiam dan hati ini terus bertanya "kenapa??"

Semua seakan terjadi secara tiba-tiba membuat air mata ini tak tertahankan.

"Kenapa?? ada apa? bukannya kemarin sehat-sehat saja?" begitulah hatiku berbisik

Seakan mimpi, segera kutanggalkan baju kerja yang sudah kupakai ini.

Keluarga Pakde Wisnu adalah satu-satunya keluarga kami di tanah perantauan ini. Setidaknya dengan mereka. Aku bisa melepas rindu dan merasakan hangatnya suasana tempat lahirku Kota Temanggung walaupun posisi kami berada di Cilegon.

Apalagi momen lebaran yang biasanya kami habiskan untuk berkumpul bersama.

Malam itu pukul setengah 10, kami bergegas menuju rumah mendiang Pakde Wisnu. Rumah yang juga dulu kami gunakan sewaktu bapakku masih karyawan baru.

Dalam perjalanan, Bapak menghubungi keluarga besar di Temanggung sana.

Akibat suasana yang berbeda karena pandemi. Sangat tidak mungkin untuk keluarga sana menjemput kami di sini. Dan tidak mungkin kami membawa Almarhum untuk disemayamkan di sana.

Kami bermusyawarah untuk jalan terbaik.

Pakde Wisnu meninggal akibat serangan jantung sesaat setelah melakukan ibadah sholat terawih. Kami memutuskan Pakde Wisnu untuk disemayamkan di Kota Serang.

Tak tega rasanya melihat bude yang begitu terpukul namun berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya. Kepergian Pakde Wisnu adalah pukulan terberat kedua bagi Budeku setelah ditinggal Anak semata wayangnya akibat serangan Asma.

Inilah yang aku benci dari tumbuh dewasa. Banyak sosok yang aku sayang pergi untuk selama-lamanya.

Yang tabah yah bude.. Masih ada kami di sini untuk menemani hari-harimu.

Selamat jalan Pakde.. Sampaikan salam rinduku pada Ibuku. Terimakasih atas pelajaran serta didikan selama ini.

Sesungguhnya kematian amatlah dekat
Sibayukun
Sibayukun Pria mochi yang suka bergalau, suka ngemil, suka ngedekem di kamar, suka ngegambar, suka melamun, dan kadang cheesy. Hahahah