Between 2 Houses
Kemarin pas gue lagi jalan ke Warung buat beli Mie Goreng 😊. Salah satu rumah kosong yang gue lewatin mendadak Roboh kanopinya 🥹. Sontak gue terkaget mendengar suara ambrukan super keras akibat momen yang terlalu pas.
Entah kenapa kejadian ini bikin gue teringat ucapan Brili sewaktu dia pamit izin pergi ke tempat kerja barunya di Riau. Dia bilang ke gue buat "Jangan lupa untuk selalu ngidupin rumah ini ya Dut...."
Sepanjang jalan, gue rasanya seperti ditampar. Ya gimana nggak semenjak pindah rumah, ditambah Brili resign ke Kota Orang. Gue merasa jarang banget mampir untuk sekedar nengokin ini rumah peninggalan ortu. Apalagi akhir-akhir ini kerjaan lagi sering lembur, seringnya gue kehabisan tenaga duluan untuk sekedar mampir. Paling gue hanya sempat 2 sampai 3 hari sekali 🥹 untuk sekedar nyapu, ngepel dan mengurus air kolam ikan di rumah.
Jujur, gue merasa bersalah. Gue takut memori Rumah ini raib ditelan waktu.. 😶 apalagi semenjak rumah ini menyisakan gue seorang diri.
***
Gue pernah baca sebuah tulisan di Internet. Penulis menyampaikan kalau "Nyawa dari sebuah rumah ialah penghuninya..." jadi, gue berpikir apakah rumah ini sudah tidak beryawa lagi? Atau malah Mati Suri?? Mati saat ditinggal, dan hidup kembali saat gue hadir ditengah-tengahnya🤔.
Jika rumah ini memiliki bibir apakah siratannya selalu tersenyum atau berdurja dimakan masa?
Kadang gue merasa lucu. Gue bisa merasa too emotional dengan benda mati. Is it normal tough? ðŸ¤
Sebenarnya karena itulah kenapa gue menyisakan 2 pasang burung perkutut dan Ikan-ikan di rumah. Agar rumah ini bisa terus hidup dan gue punya alasan buat ngunjungin rumah ini.
Btw, Rumah ini bukanlah rumah yang nggak keurus. Semuanya sudah gue rapihkan ke tempatnya. Sebelum pindah gue udah decluttering barang-barang yang tidak terpakai sejak dari lama 😊. Beruntung gue tumbuh sebagai anak yang suka gatel tiap lihat barang yang nggak berada di tempatnya.
Tapi ya gitu, setiap kali gue pulang ke rumah ini kesan Void terlalu jelas terpampang. Padahal di dalamnya masih lengkap dengan perabotan dan segala perkakasnya. Baik 3 kasur yang selalu menunggu untuk sekedar ditiduri.
Sebenarnya beberapa ada yang menanyakan "Jika merasa bersalah kenapa tidak ditempati??" I just can't. dont know why tough 🥹. Hingga saat ini, gue masih sering terjebak dengan masa lalu. The Memory, it was too strong... Semisal gue sedang tidak banyak kegiatan, hanya sekedar melihat setiap sudutnya. Kenangan itu terus akan terus bangkit dan terkadang menjebak..
Jika dikontrakin pun. Rasanya tak mungkin. Gue nggak mau rumah ini kenapa-napa..
It was too complicated... Tapi yasudah. Jika memang gue harus hidup diantara 2 rumah, ya tidak apa-apa... Gue akan mencoba sebaik mungkin untuk terus menghidupi rumah ini 😊...
8 komentar untuk "Between 2 Houses"
Naah ini jadi problemku Ama Raka sebenerny..pas mertua meninggal, mereka itu ninggalin beberapa rumah, apartemen dan tanah. Untungnya sebagian rumah dan apartemen udh ada yg kontrak sejak lama, jadi ga pusing lah.
Tapi msh ada 3 rumah yg kosong 🤣🤣. Dan iniii ga mungkin kami tempati. Pertama gede banget, kalo stay di sana aku hrs bayar gaji art lebih banyak pastinya. Kedua, lokasinya juga ga memungkinkan Krn 1 di solo, 1 di Bekasi. 1 nya lagi di kayu putih cuma ya itu, ukurannya kegedean.
Akhirnya supaya ga rusak, kami mau ga mau bayar orang utk jagain itu rumah. At least jgn sampe kosong benar2. Setidaknya ada lah yg liat2, bersihin sesekali, biar ga ancur lama2 bay.
Sebenernya semua udh dipasang plank jual sih. Tapi ekonomi msh jelek kan, jadi belum laku aja 😄 . Pernah ada yg nawar, murah banget. Berhubung kami ga BU, ya ditolak lah.
Udh sepakat memang hrs jual aja, biar ga ribet ngurusnya. Kebanyakan pusing juga. Apalagi yg 3 ini kalo mau direnov JD kontrakan atau kos, butuh biaya gede. Mending jual udah 🤣
Emang sih harganya naik drastis, tapi berhubung milenial dan gen-z susah beli rumah, jadinya susah juga lakunya. Huhu.
Aku awalnya berprinsip nggak mau beli rumah, karena selain nggak mau terikat di satu tempat, nggak mau ribet ngurus-ngurus di awal, nggak mau bikin ribet anak kalau nanti berpulang, terus ternyata dia nggak bisa tinggal di situ, plus di Jepang rumah itu hampir nggak ada harganya (kecuali apartemen atau tanah di daerah strategis). Ntar kalau udah tua juga pengennya tinggal di rumah lansia (yang layak) aja biar ada temannya dan ada profesional yang ngurusin.
Tapi, setelah punya anak, dihitung-hitung biaya perbulan kontrakan sama cicilan untuk ukuran rumah yang lebih besar kok ya lebih gede ngontrak, jadi ini lagi galaw antara tetap ngontrak atau beli rumah. Wkwk.
Saranku, jaga baik2 rumah ortu mas... kalo bisa sih jangan sampe jatuh ke tangan org lain.
Rumah tersebut telah kehilangan nyawanya. Tiap hari rasanya sydah beda. Apalagi ketika momen lebaran, suasana rumah tidak lagi seperti 5-10 tahun yang lalu.
Semangat mas bayu. Semoga nyawa dalam rumah tersebut terus menyala :)
Yukk.. Ngobrol!! Biar makin kenal😂