Bioplastik, Produk Alternatif Plastik Konvensional yang Layak Dikembangkan

Kembali lagi masih dalam urusan dunia per-plastikan. Jika kemarin yang dibahas adalah dampak negatif dari plastik serta pemanfaatan plastik sebagai BBM, maka kali ini wowcang akan mengilas sedikit tentang Bioplastik atau dikenal sebagai Biodegradable Platics.
Artikel Terkait :Kecil, Murah, Ringan namun Memiliki Dampak Negatif Terhadap Lingkungan. Itulah Plastik! 
Konversi Limbah Plastik Menjadi BBM
Sudah pernah mendengar sebelumnya tentang Bioplastik? Wowcang rasa sepertinya sudah yah!

Semua yang kita tahu tentang penggunaan plastik seperti kantong kresek, sedotan, botol air mineral, botol minuman berasa merupakan jenis plastik yang paling sering dibuang oleh masyarakat khususnya di Indonesia. Menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia menunjukan bahwa jumlah plastik yang dibuang mencapai 26.500 ton/hari. Plastik jenis ini membutuhkan waktu beratus-ratus tahun lamanya agar dapat terdegradasi secara sempurna di alam.


Ikatan rantai pada plastik jenis ini sangat kuat, udara dan air bahkan tidak dapat menembus pori-pori dari plastik tersebut, sehingga menjadikan plastik sangat sulit terdegradasi.

Oleh sebab itu salah satu metode penanganan limbah plastik yang setiap tahun semakin menggunung adalah dengan membuat produk alternatif plastik berbahan dasar alam terbarukan.

Saat ini plastik jenis degradable sudah masuk dalam pembuatan skala industri, contoh dari plastik degradable yang sudah mulai diproduksi adalah Oxo Biodegradable Plastic, plastik jenis ini merupakan plastik yang dalam pembuatannya telah ditambahkan senyawa adiktif EPI.

EPI merupakan TDPA (Tottaly Degradable Plastic Addicetive) suatu adiktif yang ditambahkan ke resin HDPE, LDPE, LLDPE, atau PP. Sehingga menjadikan plastik jenis ini bersifat ramah lingkungan dan akan degradable atau terdegradasi oleh alam dalam waktu 1-5 tahun tergantung kondisi lingkungan.

Di Indonesia plastik jenis ini sudah banyak digunakan sebagai pembungkus barang belanjaan di market-market seperti indomaret, alfamaret, giant, alfamidi, dll.

Namun hanya saja plastik jenis ini masih menggunakan bahan dasar polimer dari produk turunan minyak bumi, yang dimana keberadaan minyak bumi semakin langka di dunia ini setiap tahunnya. Oleh sebab itu perlu adanya sebuah penelitian dan pengembangan secara global mengenai produk bioplastik yang terbuat dari bahan alam terbarukan.

Memang ada?

Jika ditanya ada? Tentu Ada

Dalam rangka pembuatan produk alternatif plastik terdegradasi dari bahan alam terbarukan maka saat ini tahap pengembangan plastik biodegradable sudah dilakukan sejak abada ke-19, hanya saja proses komersil baru dilakukan di era abad ke-20.

Saat ini Plastik biodegradable berbahan alam terbarukan terbuat dari polimer alami yang di ambil dari unsur tumbuhan dan hewan. Plastik jenis ini memiliki keunggulan yaitu bahan dasarnya yang tak perlu dikhawatirkan lagi kedepannya, serta efek yang ditimbulkan pada alam juga tak perlu menjadi sebuah polemik karena plastik jenis ini akan dengan mudah didegradasi oleh bakteri di alam. Selain itu, tidak seperti plastik konvensional yang bila dibakar akan menimbulkan gas dioksin yang membahayakan bagi manusia dan alam, pembakaran bioplastik akan menghasilkan CO2 dan air dimana kedua senyawa tersebut dapat tersiklus kembali oleh alam.

beberapa jenis polimer plastik biodegradable antara lain PHA (Polyhydroksialkanoat Acid), Poli Asam-Amino (berasal dari sel bakteri), Polylactic Acid (PLA) yang merupakan polimer hasil dari modifikasi asam laktat dari Pati oleh mikroorganisme dan Poliaspartat.

Plastik biodegradable juga dapat dibuat dari bahan dasar Selulosa, Kitin, dan Kitosan yang dapat dengan mudah diambil di alam.

Di Indonesia itu sendiri, jenis plastik biodegradable yang dapat dikembangkan adalah jenis PLA yang terbuat dari bahan dasar Pati. Pati merupakan jenis polisakarida yang sumbernya sangat melimpah di Indonesia sehingga potensi untuk mengembangkan plastik jenis ini lebih besar bila dibandingkan dengan jenis plastik biodegradable lainnya.

Biji Jagung Kaya akan Pati
PLA memiliki elastisitas yang cukup tinggi dan sifatnya yang tahan panas. Plastik jenis PLA dapat dibuat dari hasil esterifikasi asam laktat yang diperoleh dari fermentasi gula sederhana hasil dari hidrolisis Pati.

Jadi singkatnya dalam pembuatan plastik jenis ini, akan melalui 5 tahapan rangkaian proses, yaitu :

1. Estraksi Pati
Ekstraksi Pati dapat dilakukan dengan penumbukan, pemerasan dengan air, kemudian dilanjutkan dengan pernyaringan dan proses pengendapan selama satu malam, dilanjutkan dengan proses pengeringan. Hasil dari endapan inilah yang disebut sebagai pati.

2. Hidrolisis Pati
Proses hidrolisis merupakan proses pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Dalam kondisi ini pati akan terhidrolisis menjadi gula-gula sederhana seperti glukosa. Biasa menggunakan katalis asam dan suhu sekitar 120 oC selama 2 jam.

3. Fermentasi Asam Laktat
Hasil dari hidrolisis dilanjutkan dengan proses fermentasi. Glukosa hasil dari hidrolisis akan difermentasi menggunakan antara 4 genus yaitu ; lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus, dan streptococcus akan menghasilkan asam laktat.

4. Esterifikasi dan Pembentukan Polimer
Asam laktat yang dihasilkan akan diproses esterifikasi. Kinetika reaksi dapat ditingkatnkan dengan penggunaan  Zink Oksida dan suhu tinggi antara 130-140 oC selama 6 jam. kemudian dilanjutkan dengan pembukaan cincin lactide (Vink et al, 2003)
Artikel terkait : Polimerisasi pada PLA
5. Pencetakan dan Pembentukan
Seperti halnya plastik pada umumnya, hasil dari polimerisasi harus dibentuk agar dapat membentuk seperti plastik sintetik pada umumnya.

Lima uraian diatas merupakan uraian singkat mengenai pembuatan PLA. Dikutip dalam artikel Kompasiana.com yang ditulis oleh Maharani Intan Kartika pada Tahun 2012.

Penelitian Film Plastik Dari Pati Limbah Biji Durian

Tak kalah dari itu, teman kuliah saya juga pernah melakukan penelitian mengenai pembuatan Film Plastik dengan pemanfaatan Pati limbah biji Durian.

Durian Memiliki Biji yang Dapat Dmanfaatkan Patinya
Sebut saja dia Hesmita Wijayanti, alumni mahasiswa salah satu Universitas Negeri di Semarang telah melakukan sebuah penelitian mengenai pemanfaatan pati biji durian menjadi Film Plastik.

Film Plastik yang dihasilkan memiliki nilai kuat tarik sebesar 1187,732 N/m^2 dan % elongasi sebesar 7,547 % (Wijayanti Hesmita, 2015). Dengan berlatar belakang terhadap pemanfaatan limbah organik yang belum termanfaatkan secara maksimal, beliau mencoba untuk menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sumber Pati yang sangat besar dan belum termanfaatkan secara maksimal.

Salah satu bentuk pemanfaatan yang paling ideal adalah dengan dijadikannya sebagai Bioplastik, sehingga ancaman akan limbah plastik konvensional yang butuh 100 tahun terdegradasi akan dapat diminimalisir. Selain itu penelitiannya juga bisa dijadikan start sebagai sebuah langkah awal dalam pembuatan bioplastik di Indonesia.

Hesmita membuat film plastik dengan melarutkan Pati Biji durian kedalam larutan kitosan dan gliserol dengan pemanasan pada suhu 80 oC. Kemudian dilakukan pengeringan dengan suhu tak lebih dari 45 oC. Film Plastik yang dihasilkan telah diuji bahwa film plastik buatannya dapat terdegradasi di alam selama kurang lebih 20 hari tergantung kondisi lingkungan.

Tertarik untuk mengembangkannya?

Special Thanks to Maharani Intan Kartika dalam artikel berjudul “Pati, Bahan Dasar Untuk Membuat Plastik” yang dimuat dalam laman kompasiana.com, dan

Hesmita Wijayanti dalam penelitiannya berjudul “Pembuatan Film Plastik dari Pati Limbah Biji Durian”
Sibayukun
Sibayukun Pria mochi yang suka bergalau, suka ngemil, suka ngedekem di kamar, suka ngegambar, suka melamun, dan kadang cheesy. Hahahah

Posting Komentar untuk "Bioplastik, Produk Alternatif Plastik Konvensional yang Layak Dikembangkan"